<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d3807023785933410223\x26blogName\x3dits+not+my+story\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLACK\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://itsnotmystory.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://itsnotmystory.blogspot.com/\x26vt\x3d-1208262898635167423', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
Oh hello. I am Sascha and I am 16. I live in Dallas, TX. This is my story, journal, diary and things that happened to my current life. Your comments are highly appreciated.





Tuesday, September 8, 2009
Makan Siang Kelabu

Sisa hari pertama ku di sekolah cukup menyenangkan. Di kelas Anatomi - Fisiologi aku mendapat cukup banyak teman yang penasaran tentang Indonesia. Terkadang aku agak merasa terasingkan, karena mereka pikir Indonesia itu hutan rimba yang penuh dengan dunia mistis ketimuran. Oops, ckck pemikiran yang aneh. Saat itu juga aku tunjukkan mereka tentang Indonesia via Google. Oh Google, terima kasih kau telah meringankan beban ku. Kutunjukkan Jakarta pada mereka, yang dapat kubilang, arsitektur nya tak kalah dengan Dallas, Kota ku. Lalu mereka pun takjub. Well, I'm proud of being Indonesian Citizen!

Di kelas ini aku duduk dengan seorang gadis bernama Rachael. Dan tanpa kusadari ternyata setelah pelajaran Anatomi, kami mempunyai jam pelajaran US History yang bersamaan. Kami pun menuju kelas US History bersama - sama. namun kami memilih tempat duduk yang agak berjauhan disana. 

Aku merasa agak sedih sesudah pelajaran US History usai, karena aku mempunyai jam lunch yang berbeda dengan Maddie dan Lena. Duh mana lagi puasa, sendirian, gaada temen ke kantin pula. Namun tiba - tiba Rachael menunggu ku di depan pintu kelas sejarah.

"Hey Sascha, how's your first day school?" Tanya Rachael.

"It's great. The people are so nice to me. Anyway where are you going? is it lunch time?"

"Yes it is. anyway wanna go lunch with me?"

"Sure!" Jawab ku sambil tersenyum. Lalu aku dan Rachael berjalan menuju kantin.

Kantin sangat penuh dengan anak - anak. Tidaklah benar jika di film-film tentang American High Schools, kita melihat kantin yang dibagi - bagi sesuai dengan geng kita. Nyata nya tidak. Disini kita bebas memilih tempat dimana saja. Namun memang mereka duduk berdasarkan teman  masing - masing.

Biar kuberitahu pembagian nya.

di dekat pintu timur kantin, Ada barisan Sophomores, and A bunch of Emo kids. You know, people who goes around with Skinny Jeans, Gothic Eyeliners, Straightened Hair, Band Tees, Piercings, Fake Tattoos, Ipods, and they don't do Sports. Harus kuakui, beberapa diantara mereka sangat tampan. Apalagi empat orang diantara mereka. Oh My God, I've never seen such cute guys like them, they all look like Christofer Drew. so I call them The Drew Gang. Aku ingin sekali mengenal salah satu diantara mereka, sayangnya tak seorang pun dari mereka yang mempunyai kelas yang sama denganku. I'll figure it out.

Di dekat pintu kantin yang lain, duduk segerombolan anak sporty. Ya, siapa lagi kalau bukan The Chandlers and Friends.

"You know them?" Tanya Rachael sambil menunjuk kearah meja The Chandlers.

"Who? No, they just seem... familiar." Jawabku sambil berpaling.

Aku duduk bersama geng Rachael. Mata ku melihat ke sekeliling, mungkin saja aku mempunyai jam lunch yang sama dengan Maddie, atau Lena. Tapi setelah ku lihat - lihat, ternyata aku sendirian. Lalu Rachael memperkenalkan ku kepada teman - teman nya. Mereka sangat banyak. Dan dapat kubilang, mereka semua pria. Rachael satu - satunya perempuan di geng ini karena geng ini adalah geng Rob, Pacar Rachael.

Mereka sibuk pacaran. Sedangkan aku, melongo diantara teman - teman Rachael. Disana ada David, Andrew, dan Andrew yang lain, dan Arvie. They are all boys. Mati kutu deh ga tau mau ngobrol apa. akhirnya salah satu dari mereka, Andrew mulai mengajak ku ngobrol.

"You sure dont wanna eat something?" Tanya Andrew sambil menawarkan lunch nya padaku.

"No, thanks, I'm Fasting." Jawab ku.

"Wow, for what? Religion?" tanya Andrew yang lain.

"Yes. I'm moslem." Jawab ku. Saat itu juga, hampir semua orang di geng nya Rob menoleh kearah ku, terdiam sejenak, menunggu kata - kata selanjutnya.

"Whoa, that's awesome. Tell me more about fasting." Tanya seorang wanita - bukan geng Rob, hanya lewat saja, namun dia terkesan, dan mungkin - penasaran, mendengar kata "moslem" beberapa menit yang lalu. Hal itu tak mengherankan, semenjak aku satu - satu nya muslim di sekolah ku saat ini.

"Well, it's a moslem tradition when you are not allowed to eat, drink, cry, or get angry to everyone from sunrise to sunset for a month every year." Jelas ku. Semua orang menyimak ku dengan saksama. Seakan ingin tahu.

"That sounds tough. So you havent drink anything today?" Tanya Andrew.

"Yes, pretty much."

"Dude, I would die. Haha." Sahut seseorang dari depan meja ku. Lalu kami tertawa bersama.

Well, aku senang sekali mereka menyambut muslim dengan senang hati. Semua yang kupikirkan tentang sifat anak - anak amerika ternyata salah sekali. Mereka baik, dan pretty much open-minded.

Bel pun berbunyi menandakan waktu makan siang telah usai. Aku melihat jadwal ku. Oh, tidak, Kalkulus. Mereka bilang pelajaran ini sangat susah. Hal ini membuat ku jadi ciut lol. Akhirnya kami berjalan ke kelas masing - masing.

Makan Siang Kelabu ku berubah menjadi satu jam yang menyenangkan dengan teman - teman baru ku. Walaupun aku tidak dapat mengingat nama mereka satu - persatu, namun aku sangat senang, I've got other new friends! dan mereka pun mengingatkan ku untuk makan siang lagi bersama mereka esok hari.



Friday, September 4, 2009
English Class

Aku membuka pintu ruang 109 dengan ragu - ragu. Aku takut kelas yang kumasuki bukan kelas Bahasa Inggris. Di depan kelas sudah ada seorang guru yang sedang menulis di papan tulis. 

English III - Kelley Pitzer

Oh thank God I'm in the right class haha. Aku memilih tempat duduk ditengah, diantara lima baris. Alasan nya sangat sederhana, agar aku dapat berkenalan dengan sebelah kiri dan kanan ku. Aku melihat sekelilingku. Oh ini bahkan lebih menyedihkan, tak ada orang yang ku kenal, tak satu pun. Dan kupikir tak ada yang menyadari bahwa aku pelajar pertukaran karena hampir semua orang mengira ku orang spanyol atau meksiko. Well, kurasa aku hanya  bisa menunggu sampai kelas dimulai. Sesaat sebelumnya, terdengar suara ribut dari depan kelas.

Segerombolan anak laki - laki berperawakan tinggi masuk ke kelas ku. Oh no. The Chandlers and Friends. Mengapa aku bisa mendapat satu kelas dengan mereka? I don't really want to meet them, again. The Chandlers, Mark and Dave. Mereka memanggilnya Si Kembar Sadis. Two Boys, Two times meaner. Mark dan Dave terkenal karena keduanya bermain di tim futbol, kaya, dan tergolong anak yang bandel.

Aku melirik kearah mereka berdua. Tatapan mereka tajam, aku tak ingin berada terlalu dekat dengan mereka. Sekilas jika kulihat - lihat, mereka berdua mirip sekali dengan versi redhead dan blackhair nya Draco Malfoy. Mark mengecat rambut nya hitam, agar orang - orang dapat melihat perbedaan pada diri mereka.

--

Aku jadi ingat pertemuan pertama ku dengan The Chandlers. Saat itu, awal Agustus ketika aku baru saja pindah di The Falls. Aku, Lena, Maddie, dan Sarah - Tetangga kami, berenang di The Falls Community Pool dibelakang rumah ku. 

Sepanjang perjalanan, aku mengobrol dengan Sarah. Sarah, tetangga ku, lumayan terkenal reputasi nya sebagai Ratu Gosip sekolah.

"Come on Sarah, give me some names." ujar ku.

"Of what?" Tanya Sarah.

"People-to-talk-to and People-not-to-talk-to in school."

"Oh, okay. Don't Talk to Rachael Moore, She's a bitch. She doesn't even have girl friends in school."

"Rachael Moore, Rachael Moore.. OK! Who else?" tanya ku.

"Hmm.. The Chandlers. Don't talk to them."

"The Chandlers, is it a gang or something? Why can't I?"

"No, it's a twins. Just don't talk to them because they're bad boys, Dumbs And plus, real annoying. Ok." Jelas Sarah. Kami sudah sampai di depan Kolam Renang.

"Hey, you just told Sascha not to talk with The Chandlers just because one of them is your ex, aite? haha." Ujar Maddie.

"Shhh. Oh No. You're lucky, Sasch." ujar Sarah sambil menepuk pundak ku.

Kami bersiap memasuki kolam saat kulihat disana ada segerombolan anak laki- laki sedang berenang, diantaranya ada dua orang anak kembar.

"Hey Girls. Hey Madison, When's Jenny going to comeback? and who's there?"

"Hey Mark. I don't know when will Jenny go back here. They're my new foreign sisters." Ujar Maddie sambil menunjuk kearah ku dan Lena.

"Really, where are you from?" Tanya Mark pada ku.

"Indonesia."

"What? Where is that?" tanya Mark dengan wajah bingung, seolah - olah Indonesia adalah planet yang letaknya sejuta kilometer dari bumi.

"Its down south, near Australia."

"What kind of drink do you like in Indonesia?" tanya Dave padaku. such a jerk question, isn't it?

"I like Tequilla Sunrise." jawab ku.

"Ah good, we are making some Sunrise this weekend in my house, Summer Party. Wanna come?"

Diam - diam Maddie menyubit ku.

"The Chandlers, remember?" bisik Maddie.

Aku teringat seketika, dan lupa menjawab pertanyaan Dave.

"Hey hey, what's that whisper for?"

"Nothing." Jawab Maddie.

"What? Liar, tell me, is it bad or good? what was that?" Ujar Mark sambil mencipratkan air kearah Maddie.

"Nothing, we gotta go, nice to see you guys anyway." Jawab Maddie. Akhirnya kami pun tidak jadi berenang dan pulang dengan hati kecewa.

---

Suara bisikan menyadarkan ku dari lamunan ku. Aku masih di kelas English. Aku menoleh ke kanan kiri untuk mencari asal bisikan itu. Sesaat kemudian, seseorang menyolek ku. Ternyata Dave Chandler.

"Sascha, did we ever meet before? Are you Madison's sister?" tanya nya sambil berbisik.

"Yes. We met at the pool." jawab ku. Aku tak berani melihat langsung ke mata nya. Tatapan nya terlalu tajam untuk ku.

"Cool. Where are you from?" tanya Dave. OH MY GOD. is he dumb or something? i thought I've told the whole class that i came from Indonesia.

"Indonesia." Jawab ku, sambil tersenyum.

Akhirnya bel pun berbunyi. Menandakan aku harus segera berpindah ke kelas yang lain. Aku mengecek jadwal ku. Hmm, Sejarah Amerika Serikat. Aku melangkah keluar kelas menuju kelas sejarah ku dengan semangat. Semoga aku tak bertemu The Chandlers lagi kali ini.


Wednesday, September 2, 2009
First Day School - August 24 09 - Hello Subjects

---

Maddie dan Lena berjalan menuju kelas masing - masing. Akan tetapi saat itu aku tidak perlu berjalan keluar kantin, karena pelajaran teater selalu diadakan di kantin. Satu - satu nya orang yang ku kenal di kelas teater ku saat itu hanya Dovie. Dia pun baru ku kenal hari itu. Aku duduk disebelah Dovie dan pelajaran pun dimulai.

Dari pintu masuk kantin terlihat seorang wanita paruh baya yang sangat cantik. Dia guru teater ku, Mrs. Janie Breor. Dia lalu mendekati tempat kami duduk dan memulai absen nya.

"Meidy Cesaria Astiadi?" Mrs. Breor memanggilku dengan aksen yang, bisa ku bilang, sangat aneh.

"Yes, Ma'am."

"Do you speak Spanish?" tanya nya.

Aku? Bahasa Spanyol? Eh? Apa aku gak salah denger?

"No, Ma'am. I'm not Spanish, I am an exchange student from Indonesia." jelas ku.

Oh well, dikarenakan ini hari pertama sekolah, aku harus memperkenalkan diriku.

"Wow! Indonesia? That's awesome. I'm so sorry dear, i thought you're Spanish, well you do look like one. So tell us about yourself please."

"My name is Meidy Cesaria Astiadi, but people call me Sascha. I'm sixteen years old, and I'm an exchange student from Indonesia. I'm a *junior here. I live with The McNairs Family."

sesaat aku mendengar bisikan kagum dari teman - teman ku. Ada sekitar lima belas siswa dari tingkatan grade yang berbeda di kelas teater ku -- jumlah yang sedikit dibandingkan dengan jumlah siswa di sekolah ku di Indonesia. tetapi ini jumlah yang banyak untuk sebuah kelas di Anna High School.

Ya begitu lah hari pertama ku di sekolah, diwarnai pertanyaan - pertanyaan tentang Indonesia. Aku sangat senang, ternyata banyak diantara teman ku yang tertarik dengan Indonesia. Seperti Joey, teman ku dari kelas teater.

Joseph Grenner, atau sering disapa Joey, adalah teman pertama ku di kelas teater. Dari pertama kali aku melihatnya di kelas teater, aku pikir Joey adalah anak yang sombong. The way he talked and his acts in class was so mature. And i can tell you, He is very cute haha. Sekilas jika kulihat, wajah nya sangat mirip dengan Prince William of England.

Saat pelajaran teater dimulai, aku gak berani berkenalan dengan Joey, walaupun sebenarnya dalam hati pengen banget haha. Karena ku rasa  dia sombong, dan gak satu grade dengan ku, kurasa ia *senior. Aku juga gak mau  dianggep sok kenal, duh apalagi sama senior, gak banget deh.

Tetapi semua yang kupikirkan salah. Setelah pelajaran Teater selesai, aku berjalan keluar kantin menuju kelas selanjutnya. Saat itu pula Joey memanggil ku.

"Hey Sascha! wait for me." sapanya sambil berjalan kearah ku. Lalu aku pun menunggunya.

"Oh hey,and your name is...?" aku merasa bodoh sekali saat itu, karena aku tidak tahu nama nya.

"Joey, I'm Joey. We were in the same theater class."

"Yes I know, i just forgot your name, Joey, I'm so sorry." Joey sangat tinggi. kenyataan nya aku harus mendangak untuk berbicara dengan nya agak - agak memusingkan haha.

"that's fine. sometimes i forgot people's names too. So you said that youre from Indonesia?"

"Yes I am :) do you know Indonesia?"

"Of course! I'm now learning World Geography, so i know where Indonesia is. Which part are you from in Indonesia?"

Aku senang sekali, di hari pertama ku, ada orang yang peduli aku tinggal dimana.

"I'm from Jakarta. The Capital City. Do you know it?"

"Oh no, I'm sorry, I dont know it."

"Well Thats ok :) some people doesnt even know where Indonesia is."

"Haha, So what class are you walking to?" Tanya Joey.

"English III. Do you have English III?"

"Oh, you're Junior. No, i don't have that. I have English II, because I'm a *sophomore."

Aku terkejut. Apa aku gak salah denger? dia bilang *sophomore? gak mungkin. Dia pasti bohong, dia pasti Senior.

"WHAT? *Sophomore? No way. You must be Senior. How old are you?"

"I'm fifteen."

Sekali lagi, aku sangat terkejut. Lima belas tahun? tidak mungkin. Bagaimana bisa, anak setinggi dan sedewasa Joey, ternyata baru berumur lima belas? This is insane.

"No waaaay! No. you must be seventeen or something."

"No, I'm not! I'm fifteen, for real! how old are you?"

"Oh my God, i cant believe that. I'm sixteen..."

lalu tak terasa setelah mengobrol lama dengan Joey, akhirnya kami sampai di kelas Bahasa Inggris bersama - sama, dikarenakan kelas bahasa inggris kami bersebelahan.

"well, nice to know you, Joey, catch ya later!"

"see ya!"

Well, that's Joey and thats how we met. All i can say that Ive got a friend! *LOL tak kusangka, ternyata the guy i've been wanting to know since the first time i saw him, was talking to me. Hal ini membuat ku berpikir bahwa anak - anak di amerika sangat ramah. kuharap aku akan menemukan teman lainnya di kelas Bahasa Inggris sekarang!

---

Istilah :

*Junior : Kelas 11

*Senior : Kelas 12

*Sophomore : Kelas 10


Saturday, August 29, 2009
First Day School - August 24 09

Theater

English

Anatomy & Physiology

History

Graphic Design

Calculus

Spanish

Photography

---

Aku membaca kertas itu perlahan-lahan. "today is gonna be tough." kata ku ke Maddie yang sedang menyetir di bangku depan. Aku menengok kearah jendela. Oh Well, City of Anna, Dallas, Tempat tinggal ku yang sekarang, sangat berbeda dengan yang kupikirkan dulu. Aku tak melihat ada nya koboi atau kuda berkeliaran, bahkan tak satu pun padang pasir atau pohon kaktus kutemui. Yang ada hanya perumahan dan gedung-gedung saja, sangat normal.

Pagi ini hari pertama ku berangkat ke sekolah. Dua minggu pertama disini terasa sangat santai. Keluarga ku disini bukanlah keluarga yang kolot. Semua imajinasi ku tentang ketidakbebasan dan aturan yang sempat membuatku berpikir dua kali untuk pindah kesini, benar - benar tidak terbukti.

Welcome back to Anna High School

Palang itu, berdiri tegak didepan sekolah. Welcome back? untuk ku, ini hanya welcome, and i will never come back. Tempat ini tak seperti sekolah ku di Indonesia. sangat berbeda jauh, bangunannya hanya terdiri satu lantai saja, namun sangat luas dan terdiri dari tiga gedung utama.

Satu hal yang menarik perhatianku ialah lapangan besar dibelakang sekolah. Hmm it's definitely something i couldn't find in Indonesia. Football Court, I meant, American Football Court. Ah, tak sabar rasanya aku menanti ingin menonton pertandingan football pertama ku di Amerika. But well, let's just skip that for now. 

---

Aku, Maddie, dan Lena berjalan menyusuri lorong sekolah. Walaupun aku sudah melihat sekolah sebelumnya ketika liburan musim panas, akan tetapi aku masih terkagum - kagum melihat betapa tertata rapi sekolah ini. You know, Tipikal SMA "normal" yang kita lihat di film - film Amerika seperti One Tree Hill. Hey, I' wasn't talking about High School Musical! Haha.

Peraturan sekolah mengharuskan kita menunggu bel masuk kelas di Kantin. Sebenarnya, deskripsi film tentang American High Schools di film - film itu ngaco banget. Ga ada tuh yang namanya tempat duduk dipisah - pisah, atau tempat khusus geng ini, geng itu. Kita bebas duduk dimana saja kita mau. Aku Maddie dan Lena duduk bersama anak pertukaran pelajar lainnya , Bella, Kaja, dan Anna, mereka dari Jerman, dan Dovie, satu teman kami dari Turkministan .

Aku melihat kesekeliling ku. For a moment at that time, I felt lost. Once again i realized that I've traveled so far from home. Disini gak ada Echa atau Bian, teman ku saat aku ngobrol tentang musik, gak ada Angel, teman curhat ku, atau bahkan Ayu, yang biasanya selalu jahil padaku setiap hari.

Yang kulihat hanya wajah - wajah yang tak kukenal. Bahkan, aku tak tahu siapa yang duduk disebelahku saat itu. Asing. Aku merenung. Tak lama bel pun berbunyi, menandakan kami harus pergi ke kelas masing - masing.

---